Senin, 11 April 2016


TENTANG IBADAH SUNNAH DI BULAN RAJAB

Oleh: KH.Iip Wijayanto el-Bankuli







           BEBERAPA hari ini saya banyak sekali mendapatkan kiriman pesan untuk bersama-sama melaksanakan ibadah puasa di bulan rajab ini. Juga pertanyaan, ibadah apa saja yang harus dilakukan di bulan rajab ini yang insya Allah 1 rajab 1437 Hijriah jatuh di tanggal 9 april 2016. Maka jawaban saya, tetap beribadah dan belajar dengan penuh semangat. Bulan rajab itu peringatan bagi orang-orang yang beriman, bahwa tidak lama lagi Ramadhan akan tiba. Hanya menunggu melewati bulan sya’ban. Karena itu kita harus gembira.
          Ada cukup banyak kitab yang membahas tentang keutamaan bulan rajab. Salah satu yang paling terkenal adalah kitab DURRATUN NASHIHIN karya Syaikh Usman bin hasan bin ahmad bin asy-syakir al-khaubawy, semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat-Nya kepada beliau. Juga kitab-kitab lainnya. Namun demikian, kita perlu untuk menelaah lebih jauh tentang derajat hadist-hadist yang beliau-beliau gunakan karena ibadah yang terbaik adalah dengan berlandaskan hadis-hadis yang shahih.
Ada sangat banyak hadist yang digunakan dan disebarkan oleh teman-teman. Maka saya cantumkan penelitian hadist yang dilakukan terhadap hadis-hadis yang digunakan dalam kitab-kitab tadi.
Hadis yang pertama:
إِنَّ فيِ الجَنّةِ  نَهْرًا يُقَالُ لَهُ رَجَب أَشَدّ بَيَاضًا مِنْ اللبنِ وَأَحْلَى مِنْ العَسَلِ، مَنْ صَامَ يَومًا مِنْ رَجَب سَقَاهُ اللهُ
 منْ ذلِكَ النَهَارِ.
Artinya:
“Sesungguhnya di surga ada sebuah sungai, dinamakan sungai Rajab. Airnya lebih putih dari pada susu, lebih manis dari pada madu, barangsiapa yang puasa satu hari pada bulan Rajab, Allah akan memberikannya minum dari sungai itu.”
Takhrij Hadis: Hadis ini diriwayatkan oleh Ibn Hibban dalam al-Majruhin dan al-Bayhaqi dalam Fada’il al-awqat dan al-Shayrazi dalam al-Alqab seperti diisyaratkan oleh al-Suyuti. Kesemuanya dari riwayat Anas Al-Khubawi mengisyaratkan bahwa Hadis ini diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim. Tetapi isyarat ini adalah salah sebab al-Bukhari dan Muslim tidak meriwayatkan Hadis ini dan tidak ada seorang ulama Hadis pun yang mengisyaratkan ke arah itu, apa lagi Hadis ini adalah amat da’if, bahkan beberapa ulama menghukumkannya palsu. Jadi tidak mungkin keduanya meriwayatkan Hadis ini. Maka Hukum Hadis ini adalah Da’if.
Hadis ini telah dihukumkan palsu oleh beberapa ulama seperti Ibn al-Jawzi, al-Dhahabi dan Ibn Hajar dalam Lisan al-mizan. Sebabnya adalah di dalam sanad Hadis ini terdapat perawi pendusta, iaitu Mans.u-r b. Yazid. Ibn al-Jawzi mengatakan bahwa dalam sanadnya banyak yang tidak diketahui.Akan tetapi al-Suyuti dan Ibn Hajar dalam kitab Tabyin al-’Ajab hanya me da’if kan Hadis ini., berbeda dengan hukuman beliau ke atas  Hadis ini dalam Lisan al-mizan seperti dijelaskan di atas. Beliau berkata “ Isnadnya secara am adalah da’if, akan tetapi ia belum sampai menjadikan Hadis ini palsu ”.

Hadis ke dua:
صَوْمُ أَوَّل يَوْمٍ مِنْ رَجَب كَفَّارَة ثَلاَثَ سِنِيْنَ، وَالثاني كَفَّارَة سَنَتَيْنِ، وَالثالث كَفَّارَة سَنَة،
 ثمَّ كُل يَوْمٍ كَفارَة شَهْرٍ
Artinya:
“Puasa hari pertama dari bulan Rajab menghapuskan dosa tiga tahun, puasa pada hari keduanya menghapuskan dosa dua tahun, dan puasa pada hari ketiga menghapuskan dosa satu tahun, kemudian setiap hari-hari selanjutnya akan menghapuskan dosa sebulan.”
Takhrij Hadis: Hadis ini seperti yang diisyaratkan oleh al-Suyuti, diriwayatkan oleh Abu Muhammmad al-Khallal dalam Fada’il Rajab daripada Ibn ‘Abbas. Dan hukum hadis ini adalah Maudu’/Palsu. Imam As-Suyuti menghukumkan Hadis ini dengan da’if, akan tetapi al-Munawi mengatakan amat da’if,  kemudian beliau menukil pendapat Ibn Salah dan Ibn Rajab al-Hambali yang mengisyaratkan palsunya Hadis-hadis mengenai puasa Rajab. Al-Albani hanya menda’ifkan Hadis ini. Hadis ini dapat dihukumkan palsu berdasarkan kaidah yang disebutkan Ibn Qayyim dan Ibn Hajar.
           Nah, Imam Ibnu Hajar mengatakan bahwa:
“Tidak terdapat riwayat yang sahih yang layak dijadikan dalil tentang keutamaan bulan Rajab, tidak pula riwayat yang shahih tentang puasa rajab, atau puasa di tanggal tertentu bulan Rajab, atau shalat tahajud di malam tertentu bulan rajab. Keterangan saya ini telah didahului oleh keterangan Imam Al-Hafidz Abu Ismail Al-Harawi.” (Tabyinul Ujub bi Ma Warada fi Fadli Rajab, hlm. 6)
        Imam Ibnu Rajab dalam kitab berjudul Lathaiful Ma’arif,  beliau menegaskan tidak ada ibadah khusus untuk bulan rajab:
لم يصح في شهر رجب صلاة مخصوصة تختص به و الأحاديث المروية في فضل صلاة الرغائب في أول ليلة جمعة من شهر رجب كذب و باطل لا تصح و هذه الصلاة بدعة عند جمهور العلماء
“Tidak terdapat dalil yang sahih tentang anjuran shalat tertentu di bulan Rajab. Adapun hadis yang menyebutkan keutamaan shalat Raghaib di malam Jumat pertama bulan Rajab adalah hadis dusta, batil, dan tidak sahih. Shalat Raghaib adalah bid’ah, menurut mayoritas ulama.” (Lathaiful Ma’arif, hlm. 213)
Dari kitab yang sama, dijelaskan tentang sikap para sahabat tentang bulan rajab ini. Sikap Umar bin Khattab:

روي عن عمر رضي الله عنه : أنه كان يضرب أكف الرجال في صوم رجب حتى يضعوها في الطعام و يقول : ما رجب ؟ إن رجبا كان يعظمه أهل الجاهلية فلما كان الإسلام ترك
Diriwayatkan dari Umar bin Khatab radhiyallahu ‘anhu, bahwa beliau memukul telapak tangan beberapa orang yang melakukan puasa rajab, sampai mereka meletakkan tangannya di makanan. Umar mengatakan, “Apa rajab? Sesungguhnnya rajab adalah bulan yang dulu diagungkan masyarakat jahiliyah. Setelah islam datang, ditinggalkan.”
Dalam riwayat yang lain,
كرِهَ أن يَكونَ صِيامُه سُنَّة
“Beliau benci ketika puasa rajab dijadikan sunah (kebiasaan).” (Lathaif Al-Ma’arif, 215).
Sikap sahabat Abu Bakrah radhiyallahu ‘anhu,
أنه رأى أهله قد اشتروا كيزانا للماء واستعدوا للصوم فقال : ما هذا ؟ فقالوا: رجب. فقال: أتريدون أن تشبهوه برمضان ؟ وكسر تلك الكيزان
Beliau melihat keluarganya telah membeli bejana untuk wadah air, yang mereka siapkan untuk puasa. Abu Bakrah bertanya: ‘Puasa apa ini?’ Mereka menjawab: ‘Puasa rajab’ Abu Bakrah menjawab, ‘Apakah kalian hendak menyamakan rajab dengan ramadhan?’ kemudian beliau memecah bejana-bejana itu. (Riwayat ini disebutkan oleh Ibnu Qudamah dalam Al-Mughni 3/107, Ibn Rajab dalam Lathaif hlm. 215, Syaikhul Islam dalam Majmu’ Fatawa 25/291, dan Al-Hafidz ibn Hajar dalam Tabyi Al-Ujb hlm. 35)
           Apa yang harus kita lakukan di bulan rajab ini? Teruskanlah berbagai ibadah puasa sunnah yang sudah biasa kita lakukan. Terus perbanyak membaca dan menghafalkan Al-Qur’an sebagai persiapan kita untuk menyongsong bulan Ramadhan (setelah sya’ban). Dan hindari keributan kecil...apalagi keributan besar seperti yg umumnya dilakukan oleh para anggota legislatif dan politikus kita. Juga keributan kecil di keluarga, di kantor dan di jalan. Karena orang yang beruntung itu adalah orang-orang yang semakin hari ibadahnya menjadi semakin baik.Wallahu A’lamu